Suaranya memang tidak merdu, cara bicarannya juga apa adanya, seperti kebanyakan orang tua pada umumnya. Tetapi ini berbeda. Entahlah, berbalas pembicaraan dengan beliau mungkin adalah salah satu dari beberapa hal yang dapat membuat saya selalu berpikir dalam menentukan kalimat, merangkainya dengan halus, lalu mengutarakannya dengan lembut.
Apapun itu, dan bagaimanapun itu berlalu, itu merupakan sebuah kelegaan yang saya yakini sampai kapanpun akan tetap menjadi topik hangat nan romantis di setiap perbincangan menghabiskan waktu dengan berbagi cerita 18 jam ke belakang, atau jika tidak hanya akan teringat saat berbalas do’a dari sepertiga malam sampai menjelang subuh.
Yang semua akan berawal dari suara beliau ketika bertanya dengan nada sedikit berat, “Kamu benar mau serius sama anak saya?”
Dan memang benar, tidak akan aku biarkan Utara maupun Selatan ikut campur dalam urusan kita 🙂